Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Sejarah Biografi Habib Saggaf BSA Parung Bogor

Gambar
Tanggal 15 Agustus 1945 lahirlah seorang bayi mungil dengan senyum manis di pangkuan ibunya di daerah Dompu, NTB (Nusa Tenggara Barat), dari pasangan Habib Mahdi dan Syarifah Balgis, beliaulah Habib Saggaf kecil. Dalam asuhan kedua orang tuanya, Habib Saggaf kecil tumbuh besar dan memasuki bangku pendidikan sampai SMP. “Nanti kamu jadi ulama besar dan kaya raya. Kamu masuk pondok saja. Berangkatlah tawakkaltu ‘alallah.” Demikian nasihat Habib Sholeh bin Ahmad bin Muhammad al-Muhdhar, ulama besar dari Bondowoso, Jawa Timur usai ‘meneliti’ kaki  Al ‘Allamah as-Syekh Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abi Bakar bin Salim  yang masih berusia 14 tahun, yang kelak ketika sudah dewasa biasa dipanggildengan Abah. Abah muda mendengar perintah tersebut. “Tapi saya pergi juga ke Pesantren Darul Hadits di Malang.” Kenang Abah, panggilan akrab Habib Saggaf bin Mahdi bin Syeikh Abi Bakar bin Salim. Namun saat itu Abah muda masih ragu, pasalnya sejak kecil beliau tidak pernah mondok. “Kepala sep

PENGABDIAN TANPA BATAS

Gambar
Sebenarnya aku orang yang paling tidak setuju, ketika sebuah pengabdian itu di hitung dengan nilai ataupun waktu. Karena menurutku pengabdian itu  tidak bisa dihitung dengan apapun, terlebih kepada orang tua dan guruku, kecuali dengan memanfaatkan ilmu dan harta yang telah diberikan. Tahun ini aku memulai pengabdian akademik di keluarga besar SD Al Ashriyyah Nurul Iman. Pada tahun sebelumnya memang aku suadah ikut membantu mengajar di sekolah maupun membimbing di asrama. Tapi kali ini aku baru merasakan bagaimana menjalankan sebuah pengabdian yang sebenarnya. Dari dulu, aku menyepelekan pengabdian yang akan ku jalankan, karena aku mungkin belum merasakan langsung beratnya sebuah pengabdian. Hari juma'at kemarin Tanggal 20 Agustus 2015, Guruku tercinta Al Habib Muhammad Waliyullah bin Habib Saggaf BSA, menyampaikan keikhlasan yang tahu hanya Alloh SWT, kita tidak boleh memvonis diri kita ikhlas atau tidak, terlebih orang lain. Itu artinya aku yang hanya sebagai s